Berdakwah Dengan Hati

Jumat, 26 Februari 2016

Beginilah 4 Cara Mengendalikan Marah Berlebihan pada Anak Yang Wajib di Ketahui

Cahayatasbih.com - Sahabat muslimah, pernahkah kita
membentak, berteriak, atau bahkan berkata kasar pada anak? Sikap anak yang merajuk tiada henti, menangis tiada habis, merengek tiada bosan – di tengah kepenatan dan kelelahan kita – akan mudah menyulut kita bertindak tanpa kendali.

Ketika orangtua membentak, anak akan merasa ketakutan. Hormon kortisol di otak pun meningkat. “Otak itu bekerja bukan hanya secara struktural, melainkan ada listriknya, ada hormonalnya. Ketika anak belajar neuronnya menyambung, berdekatan, antar-neuron semakin lama semakin kuat, sistem hormonal juga bekerja,” kata Amir Zuhdi, dokter ahli ilmu otak dari Neuroscience Indonesia.

Beginilah 4 Cara Mengendalikan Marah Berlebihan pada Anak Yang Wajib di Ketahui
Sumber: Akhwatindonesia.net
Proses berpikir menjadi terganggu, sulit mengambil keputusan, tidak bisa menerima informasi dengan baik, dan akhirnya tidak memiliki kepercayaan diri adalah sederet akibat hormon kortisol yang sering muncul.
 
Sahabat Ummi, memarahi anak dengan membentak memang membuat perasaan kita lega. Namun, dibalik kelegaan itu, efek yang berdampak pada anak tidak bisa dianggap enteng. Empat cara berikut ini semoga membantu kita mengendalikan dorongan memarahi anak dengan cara yang berbalik merugikan anak.

1. Merubah perspektif berpikir
Kemarahan kita seringkali dipicu oleh keinginan yang tidak dipenuhi anak. Apa yang kita inginkan dengan apa yang dibutuhkan anak sering berbenturan. Rasa frustasi terhadap perilaku anak disebabkan oleh kerancuan antara keinginan dan kebutuhan yang kita ciptakan sendiri.

Oleh karena itu, piawai melihat perilaku anak dari perspektif berbeda akan memperkaya dimensi pemahaman kita. Minimal, amarah kita tidak gampang tersulut. Perspektif seperti apa? Anak sedang menemukan dirinya di tengah aktivitas yang sedang dijalaninya. Tugas kita adalah memahami masa perkembangan anak dengan berbagai aspek dan dimensinya. Tidak mungkin Allah menciptakan mereka tanpa potensi kebaikan apapun. Sekarang, mari kita temukan potensi itu. Caranya? Tanggalkan egoisme, pasanglah “kaca mata” kasih sayang. Ada mutiara tersimpan dalam diri anak kita.

2. Mengidentifikasi perasaan
Sahabat Ummi, tidak kalah penting soft skills mendidik anak adalah kecerdasan memahami perasaan sendiri. Bersikap terbuka terhadap diri sendiri mencerminkan kesungguhan kita memahami pribadi anak.

Bagaimana caranya? Dengan menerima dan menyadari sepenuhnya apa yang sedang kita rasakan. Self-talk dapat kita lakukan kapan saja. Misalnya, “Ketika anak rewel tidak mau makan, saya merasa jengkel, karena saya kawatir perkembangan fisiknya akan terhambat. Mengapa ia selalu rewel saat makan?” Lalu kita bertanya pada diri sendiri, “Apa saya akan selalu merasa jengkel? Semakin saya merasa jengkel mengapa ia semakin rewel?”

Simulasi pertanyaan itu bisa meluas dan mendalam. Sasaran yang utama adalah perasaan kita sendiri sebelum nanti memutuskan timbal balik apa untuk anak agar dia tidak rewel lagi. Jika kita mengakui dan menerima perasaan kita sendiri, akan terbentang jalan memahami sikap anak. Kita menaklukkan diri kita sendiri seraya merengkuh anak dalam dekapan kasih sayang kita.

3. Diam sejenak, tarik nafas, mengendalikan kesadaran diri sepenuhnya
Dan apabila amarah kita sudah memuncak, maka diamlah sejenak, tarik nafas yang panjang dan dalam. Tidak perlu berkata apa-apa saat marah. Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila di antara kalian marah maka diamlah.”(HR. Ahmad). Bernafas panjang dan dalam akan mengembalikan kesadaran diri yang beberapa menit hilang dikuasai amarah. Menerima dan menyadari diri sepenuhnya bahwa kita sedang marah.

Apabila dalam situasi itu kita perlu memarahi anak, marahlah dengan cara yang tegas dan santun. Menghindari kalimat yang kasar, nada berteriak, atau bahkan melaknat adalah cara marah yang dikuasai nafsu. Di hadapan kita adalah anak-anak yang secara syar’i belum dibebani kewajiban apapun. Allah saja tidak “marah” pada mereka. Lalu mengapa kita marah dengan berlebihan?

4. Mengusir citra negatif pada diri anak
Salah satu pemicu kemarahan adalah kecemasan yang liar. Kekawatiran tanpa dasar kerap menjadi citra negatif yang kita sematkan di pikiran kita. Hal ini mudah memantik amarah pada anak. Semakin kita cemas, citra negatif pada anak akan semakin kuat. Oleh karena itu, gambaran diri tentang anak lebih baik diisi oleh citra positif. Mendoakan anak salah satunya dilakukan dengan membuat gambaran citra diri positif pada anak. Suasana perasaan dan pikiran kita menjadi lebih lapang karena getaran gairah kebaikan terpancar setiap saat.

Sumber: Akhwatindonesia.net

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Beginilah 4 Cara Mengendalikan Marah Berlebihan pada Anak Yang Wajib di Ketahui

0 komentar:

Posting Komentar

close